Selasa, 14 Oktober 2014

Asal Mula Nama Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia







          Kabupaten Banyumas adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah dengan Ibukotanya adalah Purwokerto. 

Kabupaten Banyumas merupakan bagian dari wilayah budaya banyumasan, yang berkembang di bagian barat Jawa Tengah. Bahasa yang dituturkan adalah bahasa banyumasan, yakni salah satu dialek bahasa jawa yang cukup berbeda dengan dialek standar bahasa Jawa ("dialek Mataraman"). Masyarakat dari bahasa dan daerah lain kerap menjuluki "bahasa ngapak" karena ciri khas bunyi /k/ yang dibaca penuh pada akhir kata (berbeda dengan dialek Mataraman yang dibaca sebagai glottal stop).

- Kebudayaan Banyumas 



- Wisata Alam di Banyumas



* Tempat Awal Pemerintahan dan Nama Banyumas.
          menurut penelitian, hutan Mangli dareha Kejawar sebagai tempat pertama dibangunnya pusat pemerintahan Adipati Wargi Oetomo II (Djoko Kahiman/Adipati Mrapat) setelah meninggalkan wirasaba. Pada suatu hari ia menerima wisik untuk pergi ke tempat tumbuhnya pohon Tembaga. Di hutan Mangli inilah diketemukan pohon Tembaga yang dimaksud, yaitu di sebelah Timur pertemuan sungai Pasinggangan dan sungai Banyumas. Kemudian, dibangunlah pemerintahan dengan dibiayai oleh Kiai Mranggi Semu di Kejawar.
          ketika sibuk-sibuknya membangun pemerintahan itu, ada sebatang kayu besar hanyut di sungai Serayu. Pohon tersebut namanya adalah Pohon Kayu Mas yang setelah diteliti berasal dari Desa Karangjambu Kabupaten Purbalingga. Anehnya kayu tersebut terhenti di Sungai Serayu dekat lokasi pusat pemerintahan. Adipati Marapat tersentuh hatinya kemudian berkenan untuk mengambil Kayu Mas untuk dijadikan Saka Guru. Oleh karena itu, namanya adalah Kayu Mas dan hanyut terbawa air (banyu), maka pusat pemerintahan yang dibangun diberi nama BANYUMAS (perpaduan antara air (banyu) dan kayu (mas))

* Riwayat Singkat Raden Djoko Kahiman (Adipati Mrapat)
          Beliau adalah putra dari Raden Harjo yang sejak kecil diasuh oleh Kiai dan Njai Manggi. Setelah Raden Kahiman dewasa, beliau mengabdi pada Kiai Adipati Wirasaba (ADipati Wargo Oetomo I) dan setelah itu Raden Kahiman dijadikan menantu yang menikahi anak putri sulung Adipati Wirasaba yang bernama Rara Kartimah.
          Suatu hari Adipati Wirasaba mendapat titah Sultan agar mempersembahkan putrinya untuk dijadikan garwa ampean dan beliau mempersembahkan putri bungsunya, Rara Soekartijah yang pada masa kecilnya pernah dijodohkan dengan Ageng Torejeka, namun setelah dewasa Rara Soekartijah menolaknya. Rasa sakit pun dirasakan oleh Ageng Torejeka. Kemudian, ia membuat fitnah yang menyebabkan murka Sultan Panjang dan menuruh gandek untuk membunuh Adipati Wirasaba dalam perjalanan pulang tanpa meneliti fitnah tersebut. Setelah diteliti oleh Sultan Panjang, beliau baru menyesal yang kemudian beliau menyuruh gandek lain untuk menyusul gandek yang terdahulu untuk membatalkan rencana tersebut yang ingin membunuh Adipati Wirasaba, namun semuanya sudah terlambat. Penyeselan Sultan Panjang kemudian memerintahkan memanggil putra Adipati Wirasaba untuk menghadapnya, namun tidak ada yang berani menghadapnya karena beranggapan akan dibunuh juga seperti yang dilakukan kepada ayah mereka. Akhirnya dengan jiwa heroik dan patriotismenya, Adipati Mrapat memenuhi panggilan tersebut. Di luar dugaan Adipati Marapatmalah diangkat menjadi Adipati Wirasaba VII dengan gelar Adipati Wargo Oetomo II untuk menggantikan Adipati Oetomo I yang telah wafat karena kesalahpahaman. Selain itu, Sultan Panjang memberikan segala kebijaksanaan Kadipaten Wirasaba kepada Wargo Oetomo II.
           Dengan kebesaran jiwa Adipati Wargo Oetomo II tidak ingin mementingkan dirinya sendiri karena beliau juga sadar diri bahwa dirinya hanyalah seorang menantu bukan anak kandungnya Adipati Wargo Oetomo II. Oleh karena itu, ia membagi daerah Wiarasaba menjadi 4 bagian, yaitu:

  1.    Banjar Pertambakan diberikan kepada Kjai Ngabehi Wirojedo
  2.    Merden diberikan kepada Kjai Ngabehi Wirokoesomo
  3.    Wirasaba diberikan kepada Kjai Ngabehi Wargowidjojo
  4.    Sedangkan beliau merelakan kembali ke Kejawar dengan maksud mulai membangun pusat        pemerintahan yang baru
Letak Nilai-Nilai Pancasila dalam Cerita Asal-Usul Nama Kabupaten Banyumas
  1. Ketuhanan yang Maha Esa, dibuktikan ketika Adipati Wirasaba II menerima wisik untuk pergi ke tempat tumbuhanya pohon , beliau memenuhi perasaan tersebut. Suatu kepercayaan yang di yakini oleh Adipati Wirasaba bahwa da suatu kekuatan di luar kekuatan manusia. 
  2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Rasa penyesalan Sultan Panjang yang telah membunuh Adipati Wirasaba I dan sebagai rasa penyeselannya beliau memberikan semua wilayah Wirasaba kepada Raden Kahiman, tetapi beliau tidak serakah yang akhirnya membagi kepada ketiga saudaranya yang lain. 
  3. Persatuan Indonesia, Keadilan yang ditunjukkan oleh Adipati Marapat dengan membagi wilayah ke anak-anak Adipati Wirasaba merupakan sebagai salah satu bentuk menjaga persatuan keluarga dan rakyatnya dari kerusuhan. 
  4. Kerayaktan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, Adipati Marapat membagi daerah Wirasaba dengan mengadakan musyawarah terlebih dahulu dengan saudara-saudaranyaagar tercapai hasil yang mufakat untuk semuanya. Nilai lainnya yang dapat diambil adalah Adipati Marapat adalah seorang yang bijaksana dan tidak serakah karena itu ia memilih daerah Kejawar yang dahlunya merupakan daerah yang pernah ia bangun. 
  5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, Perilaku Adipati Wirasaba membagi wilayah kepada saudara-saudaranya yang lain agar tidak ada rasa iri diantara mereka.